Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah suatu kelainan pada jantung yang dapat ditemukan beberapa saat setelah bayi lahir biasanya dapat dikenali setelah bayi berumur satu minggu sampai satu bulan.
- Teknik Ligasi dengan melakukan posterolateral thoracotomy
- Ligasi PDA dengan Video-assisted thoracoscopic surgery (VATS) yang lebih minimal invasif
- Penutupan saluran melalui teknik katerisasi (tanpa operasi)
read more :
http://www.emedicine.com/PED/topic1747.htm
http://www.emedicine.com/ped/topic2834.htm
Kecelakaan kendaraan bermotor penyebab paling sering dari cedera kepala, sekitar 49% dari kasus. Biasanya dengan derajat cedera kepala yang lebih berat dan lebih sering mengenai usia 15-24 tahun, sekitar 70% dari kematian pada kecelakaan diakibatkan oleh cedera kepala. Sedangkan jatuh terjadi lebih sering pada anak-anak serta biasanya dalam derajat yang kurang berat. Cedera pada kepala bisa merusak kulit, tulang kepala ataupun otak. Cedera kepala dapat diklasifikasikan sebagai cedera kepala tertutup dan penetrans sedangkan berat ringannya cedera kepala dapat kita lihat dengan menilai Glasgow Coma Scale(GCS). Dengan menilai GCS cedera kepala dapat diklasifikasikan menjadi
- Cedera kepala ringan, bila GCS 13 – 15
- Cedera kepala sedang, bila GCS 9 – 12
- Cedera kepala berat, bila GCS 3 – 8
- Pupil unisokor
- Pada penilaian motorik yang tidak sama
- Terdapatnya perburukan dari status neurologis
- Cedera kepala terbuka dengan adanya kebocoran dari cairan serebro spinal (CSS) atau tampak adanya jaringan otak
- Fraktur depress pada tulang tengkorak
Hampir 20% penderita cedera kepala meninggal akibat penanganan atau perawatan yang salah sebelum sampai di rumah sakit. Penyebab tersering adalah syok, hipoksemia dan hiperkarbia. Dengan demikian prinsip penanganan ABC (airway, breathing dan circulation) harus dilaksanakan dengan tidak melakukan manipulasi yang berlebihan yang dapat memperberat cedera pada anggota tubuh yang lain seperti leher, tulang belakang, dada & pelvis. Faktor-faktor yang memperburuk prognosis adalah :
- Terlambatnya penanganan awal dan resusitasi.
- Pengangkutan/transport yang tidak adekuat.
- Dikirim ke RS yang tidak adekuat.
- Tindakan bedah yang terlambat.
- Disertai dengan cedera multipel yang lain.
read more : http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Topik.html
Labels: Cedera Kepala, Trauma
Beberapa waktu yang lalu saya pernah bertanya kepada seorang teman kenapa tidak menemani istrinya melahirkan anak pertama. Saya menganggap ini adalah suatu hal yang salah apapun alasannya tetap tidak masuk akal buat saya kenapa dia tidak menemani sang istri. Iya sih, memang masih ada orang tua/mertua yang menemani, tapi ya..masa sih, suami tidak ada, untuk menemani istri yang kesakitan? Saya mengatakan padanya.."bikin aja loe mau, nemenin sakit ogah":)
Gila, ternyata beberapa saat kemudian, saya sendiri mengalami hal tersebut. Yap, saya tidak bisa menyaksikan kelahiran anak pertama saya, padahal saya selalu menuggu hari2 itu akan datang karna buat saya itu mungkin merupakan suatu moment yang penuh hal2 yang menakjubkan.
Ketika saya diberi tahu bahwa anak saya telah lahir ada suatu perasaan gembira dan bercampur sedih dalam hati saya. Gembira karena saya telah menjadi seorang ayah dan istri serta bayinya dalam keadaan sehat. Sedih karna saya tidak bisa menemani istri yang penuh rasa sakit (mungkin saja bisa kehilangan nyawanya) dan kehilangan suatu moment berharga yang selalu saya nantikan...
Kini seorang bayi perempuan bernama Kaila telah hadir dikehidupan kami berdua. Kalau dulu kemana2 tinggal pergi sekarang pasti lebih ribet karna harus bawa ini itu untuk keperluan bayi, tapi yg pasti tidak dapat dipungkiri kalo kegiatan yg baru itu sangat memberikan warna hidup yg penuh dengan keceriaan dalam babak baru kehidupan kami..dan saya yakin akan sangat banyak moment2 berharga lainnya yang akan kami lewati dalam hidup ini.
Labels: My Baby
Trauma thorax sering ditemukan sekitar 25% dari penderita multi-trauma. penderita dengan trauma thorax ini dapat diatasi dengan tindakan yang sederhana oleh dokter di Rumah Sakit (atau paramedic di lapangan), sehingga hanya sebagian kecil yang memerlukan tindakan operasi. Menurut salah satu buku rujukan disebutkan angka mortalitas pada trauma toraks mencapai 10%. Akan tetapi kematian akibat trauma toraks merupakan 25% dari jumlah kematian total akibat kasus-kasus trauma. Trauma toraks mencakup area anatomis leher dan toraks serta dapat menyebabkan kelainan pada sistem respirasi, sistem sirkulasi, dan sistem pencernaan.
Mekanisme Trauma
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus atau tumpul. Kedua mekanisme trauma ini mempunyai patofisiologis dan perjalan klinis yang berbeda. Kebanyakan dari kasus trauma tumpul pada toraks dapat dikelola dengan tindakan non operatif atau dengan tindakan yang sederhana seperti intubasi, ventilasi dana pemasangan chest tube. Diagnosa dari suatu trauma tumpul mungkin lebih sulit dan membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti rontgen foto ataupun pemeriksaan CT scan. Sebaliknya, pada trauma tembus seringkali memerlukan tindakan operasi dan pemeriksaan penunjang lain yang lebih kompleks dan dilakukan secara berkala. Pasien dengan trauma tembus dapat memburuk dengan cepat dan dapat juga pulih lebih cepat dibandingkan pasien dengan trauma tumpul toraks.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary survey - secondary survey).
Pada primary survey kita harus bisa mengenali keadaan atau kelainan akibat trauma toraks yang berbahaya dan mematikan yang harus di-tatalaksana dengan segera seperti :
- Obstruksi jalan napas
- Perdarahan masif intra-toraks (hemotoraks masif)
- Tension pneumotoraks
- Ruptur aorta dan ruptur trakheobronhial
- Ruptur diafragma disertai herniasi visera
- Tamponade
- Flail chest berat dengan kontusio paru
- Perforasi esofagus
Tindakan Bedah Emergency
- Krikotiroidotomi
- Trakheostomi
- Tube Torakostomi
- Torakotomi
- Eksplorasi vaskular
Frekuensi & Distribusi Ca Colorectal di RS. Dr. Mjamil Padang Tahun 2001-2006
0 comments Posted by Dr. BOY at 7:56 PMKasinoma kolorektal masih merupakan sepuluh besar dalam insiden keganasan di Indonesia. Untuk menngkatkan upaya deteksi dini dan penanganan yang tepat perlu diketahui data epidemiologi dari kasus keganasan kolorektal tersebut.
Objek
Penelitian retrospektif dengan melihat data epidemiologi keganasan kolorektal.
Metode
Data dikumulkan dari catatan medis pasien yang dirawat di bagian bedah RS DR M.Djamil dari tahun 2001 sampai 2006.
Hasil
Selama periode 2001 - 2006 ditemukan 212 kasus keganasan kolorektal. Terbanyak pada laki-laki 148 kasus (55,7%) , wanita sebanyak 94 kasus (44,3%), Umur tersering dikenai dekade kelima (41-50 tahun) sebanyak 49 kasus (23,1%). Pasien umumnya datang dengan keluhan tidak bisa buang air besar sebanyak 120 kasus (56,6%). Lokasi terbanyak adalah di rektum 168 kasus (79,5%) dan hasil pemeriksaan histopatologi terbanyak adalah adenokarsinoma sebanyak 140 kasus (89,5%). Sebagian besar pasien datang sudah dalam stadium lanjut, terbanyak pada stadium Duke C 127 kasus (59,9%).
Kesimpulan
Laki-laki ditemukan lebih banyak dari wanita dan terbanyak pada dekade kelima dengan hasil pemeriksaan histopatologi terbanyak adenokarsinoma. Lokasi terbanyak di rektum dengan stadium terbanyak Duke C.
Kata kunci : Keganasan kolorektal, frekwensi dan distribusi.
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS DR M.Djamil Padang
Labels: Carsinoma, Colorectal
Latar Belakang
Batu ureter primer sangat jarang ditemukan biasanya berasal dari ginjal Angka kejadian yang pasti dari batu ginjal pada anak saat ini belum diketahui pasti. Perkiraannya hanya berdasarkan jumlah kedatangan ke RS yang disebabkan batu ginjal yang dilaporkan oleh Stapleton(2002) 1dalam 1000 sampai 1 dalam 7600.
Metode
Dilaporkan satu kasus di RS.Dr.M. Djamil padang seorang anak perempuan umur 7 tahun dengan keluhan tidak ada BAK dalam 24 jam, dari pemerikasaan fisik abdomen teraba massa pada hipokondrium kiri dan kanan, balotment (+) kiri dan kanan, pada daerah lumbal nyeri (+) pada sudut Murphy, pada simphisis blast tidak menonjol dan tidak teraba tanda2 adanya massa. Dilakukan pemeriksaan USG tampak adanya hidronefrose bilateral. Dilakukan pemeriksaan BNO tampak gambaran batu pada kedua ureter bagian distal
Hasil
Pasien dilakukan Ureterolitotomi bilateral dan setelah itu dilakukan evaluasi metabolik untuk mencari penyebab terjadinya batu tersebut
Kesimpulan
Batu ureter bilateral pada anak jarang sekali ditemukan, diagnosa dan penatalaksanaan yang cepat harus dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang permanen
Kata kunci : Batu Ureter Anak.
Boy Idaman S, Alvarino, Dody E
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS DR.M.Djamil Padang
Labels: Ureterolihiasis
Labels: Seputar Euro 2008
Labels: Seputar Euro 2008
Labels: Hepatitis B
Pada prinsipnya vasektomi adalah memotong saluran sperma laki-laki. Tujuannya untuk mencegah terjadinya pertemuan cairan sperma dan sel telur, yaitu untuk mencegah kehamilan.
Banyak orang masih mengira bahwa vasektomi sama dengan kebiri. Rumor ini yang sering ditanyakan, dan merupakan rumor yang cukup hangat dibicarakan. Untuk jawaban yang paling tepat adalah “ vasektomi tidak sama dengan kebiri”.
Kebiri, suatu tindakan pengangkatan testis. Kedua buah testis yang berfungsi memproduksi sel mani dan hormon pria dibuang. Dengan tidak adanya hormon pria, maka gairah seks priapun akan menurun atau hilang sama sekali. Sedangkan vasektomi tidak mengangkat testis. Vasektomi dilakukan dengan membuat satu atau dua sayatan kecil pada kulit scrotum (kantung buah zakar ), kemudian saluran mani sebelah kiri dan kanan dipotong atau diikat, sehingga air mani (semen) yang keluar lewat penis pada waktu sanggama tidak mengandung sperma (sel mani) lagi sehingga dapat mencegah terjadinya kehamilan, namun keperkasaan dan gairah seksual tetap bahkan beberapa suami mengatakan makin meningkat.
Sekarang dikenal pula teknik dengan menggunakan klip (Vasclip). Dengan klip khusus sebesar butir beras, pipa sel benih dijepit. Ini sudah dipakai di AS sejak tahun 2002, dan disahkan oleh FDA, tetapi hanya berlaku di kalangan AS saja. Setelah dilakukan vasektomi jangan merasa diri langsung steril dan nubruk sana sini, setelah dilakukan tindakan vasektomi tersebut dianjurkan kepada para pria memakai pengaman terlebih dahulu seperti kondom untuk membuang sel benih yang masih tersisa. Mungkin perlu sampai 20-30 kali ejakulasi sebelum air mani betul sudah bersih tidak berisi sel benih lagi. Pelaksanaan tindakan /pembedahan itu sendiri dilakukan melalui serangkaian proses yang terdiri dari konseling pra tindakan, penyaringan medik, pelaksanan tindakan, konseling pasca tindakan dan kontrol pasca tindakan. Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul pasca vasektomi yaitu : haematom, rekanalisasi dan sperma granuloma.
Labels: Vasektomi